Blog

Cerita Unik dari Editor Sinting

Nggak bisa dipungkiri, setiap pekerjaan pasti ada sisi enak dan nggak enaknya. Begitupun dengan profesi sebagai penyunting atau yang akrab disapa editor. Enaknya banyak, nggak enaknya juga ada lah.

Hal inilah yang dirasakan Gari, editor salah satu penerbitan buku. Kalau ditanya, “Apakah Gari mencintai pekerjaannya sebagai editor?”, jawabnya jelas aja, “NGGAK!”. Tapi itu dulu, saat ia memulai karirnya di bidang ini. Lama-kelamaan, setelah ia menyelami pekerjaannya itu, Gari pun mulai merasakan nikmatnya ‘mengacak-acak’ naskah seseorang.

Meskipun demikian, ada aja beberapa hal yang nggak berubah sifatnya. Seperti halnya deadline yang selalu aja terasa menyebalkan bagi semua editor. Kalau yang namanya deadline udah mendekat, jangan harap deh bisa mimpi pulang cepat dari kantor.

Bagi Gari, deadline adalah semacam mahluk terkutuk yang nista dan biadab. Kehadiran deadline nggak jarang bikin ia menjadi seseorang yang gampang banget terserang sakit kepala akut. Mau ngapa-ngapain bawaannya nggak enak. Pikiran selalu aja tertuju ke pekerjaan. Bisa dibilang, efek deadline ini benar-benar dasyat deh. Lebih dasyat ketimbang kutukan John Lenon atau kutukan jomblo yang Gari alami.

Tapi, nggak semua hal yang berkaitan dengan profesi ini nyebelin lho?! Buktinya, banyak juga enaknya. Salah satunya adalah punya banyak jaringan. Bagi Gari, enaknya jadi editor bisa berhubungan dengan banyak orang. Terutama, kalo penulisnya cewek – dan bening. Paling nggak, kalo udah ketemu cewek-cewek manis itu, kepenatan Gari akan proses editing naskah bisa tiba-tiba lenyap nggak berbekas.

Yang jelas, bagi Gari banyak cerita mengasyikan yang bisa diungkap dari profesinya itu. Nggak hanya kisah lucu tentang ia dan pekerjaannya. Tapi juga cerita yang agak-agak membutuhkan rasa kasihan dari kamu yang membacanya.

Penasaran dengan profesi yang satu ini dan cerita-cerita di baliknya? Baca deh Penyunting Sinting; Ketika Naskah Bikin Pusing yang ditulis sendiri oleh Gari Rakai Sambu sebagai salah satu editor yang—bisa dibilang—udah lama kehilangan akal sehatnya.

Buku terbitan Bukuné ini, nggak hanya mengisahkan tentang pengalaman Gari selama menjadi editor sebuah penerbitan buku. Lebih dari itu, Gari—dengan bahasa yang mudah dipahami dan alur cerita yang ringan—juga memberikan banyak masukan bagi kamu yang tertarik untuk menjadi seorang editor.