Blog

Bincang Santai bersama Kireina Enno

Enno

EnnoSiapa di antara kamu yang hobi menulis dan karyanya pernah diterbitkan? Hal inilah juga yang terjadi pada Kireina Enno, penulis Barcelona Te Amo (Bukuné). Sejak kecil, perempuan yang biasa disapa Enno ini sudah mulai menulis. Bahkan, saat SMA dan awal kuliah, beberapa cerpennya sudah berhasil diterbitkan di majalah remaja.

Kegemarannya menulis ini pun akhirnya ia tuangkan dalam sebuah blog bernama falling-eve.blogspot.com. Tidak hanya itu, perempuan berhijab ini pun lalu mencoba menulis secara profesional dengan bekerja sebagai jurnalis dan editor.

“Lalu, karena sibuk liputan dan mengedit, saya tidak punya waktu untuk dunia imajinasi saya sendiri. Akhirnya, saya memutuskan berhenti dan mengejar passion sebagai penulis,” katanya.

Karya-karya Enno
Setelah memutuskan untuk mengejar passion-nya, Enno pun mengeluarkan karya pertamanya dengan judul Selamanya Cinta (Bukuné, 2012). Dan, hingga kini, sudah tiga buku yang ia tulis: Selamanya Cinta, Cerita Hati (antologi cerpen), dan Barcelona Te Amo.

Jika dilihat dari karya-karya Enno yang sudah diterbitkan, semuanya bergenre fiksi. Hal inilah yang memang cukup menarik perhatian Enno. Menurutnya, fiksi adalah dunia rekaan, tempat kita bisa menjadi apa saja di dalamnya dan penulis bisa menjadi “Tuhan”.

“Secara pribadi, menulis fiksi membantu saya rehat sejenak dari realitas yang melelahkan. Apalagi, saat masih bekerja, saya adalah jurnalis desk hukum dan politik,” ujarnya.

Barcelona-Te-AmoBarcelona Te Amo yang begitu romantis
Barcelona Te Amo merupakan salah satu karya Enno yang cukup menyentuh perasaan dan romantis. Saat membacanya, kita akan disuguhkan dengan penggambaran Kota Barcelona yang unik dan kaya akan sejarah. Meski sukses menjabarkannya secara meyakinkan, Enno mengaku belum pernah ke sana. Semua penggambarannya itu, ia dapatkan melalui riset.

“Semakin banyak riset, semakin dalam seorang penulis menghayati apa yang ditulisnya. Selain itu, sama seperti jurnalis, seorang penulis tidak boleh mengabaikan detail, sekecil apa pun,” katanya menegaskan.

Internet, artikel-artikel perjalanan wisata, review para pelancong di situs-situs traveling, menonton video di Youtube maupun film-film yang bersetting di Barcelona, wawancara dengan orang-orang yang sudah pernah ke sana, membaca buku, dan mendengarkan musik lokal menjadi bahan riset Enno selama menulis novel tersebut.

Barcelona Te Amo memang hanya sebuah karya fiksi. Namun, menurut Enno, di dalamnya juga terdapat unsur pengalaman pribadi. Baginya, ini adalah hal yang wajar. Pasalnya, seorang penulis  biasanya juga meramu pengalaman pribadinya. Hanya, persentasenya saja yang berbeda-beda. Sementara itu, untuk tokoh-tokoh dalam Barcelona Te Amo, Enno mengaku beberapa karakter memang ia ambil dari orang-orang yang ia kenal.

Setelah menulis tiga buku fiksi, lantas apakah Enno tertarik untuk mencoba genre lain?

Sebenarnya, Enno sendiri tidak membatas genre yang akan ia tulis. Menurutnya, apa yang ingin ia tulis, akan ditulisnya.

“Tapi, saat ini, fiksi masih menarik untuk dieksplorasi. Saya ingin sekali mencoba menulis fiksi fantasi seperti Neil Gaiman atau science fiction seperti Dan Brown. Itu sangat menantang,” katanya.

Tip menulis dari Enno
Tidak semua hal bisa berjalan secara instan. Begitu pun untuk menjadi seorang penulis. Bagi Enno, untuk menjadi seorang penulis, kita harus menjadi seorang pembaca terlebih dulu.

“Bacalah apa saja, jangan cuma fiksi, supaya wawasan menjadi luas. Tulis apa yang ada di kepala, jangan terlalu ribet dengan teknik,” begitu ucapnya. “Kemampuan teknik menulis akan semakin terasah dengan banyak latihan. Kuatkan motivasi, supaya tidak putus asa atau bosan,” katanya menutup wawancara yang dilakukan oleh Bukuné via e-mail ini.