Blog

Rakata Rinjani; Karya Perdana Hasil Lomba Menulis

vilda new depan

vilda new depanBerhasil memenangi kompetisi menulis dan karyanya diterbitkan oleh penerbit, tentu menjadi kebahagiaan tersendiri. Hal itulah yang dirasakan Vilda Sinta Della, juara ke-3 dari Lomba Teen Young Adult Romance (TYAR). Seperti apa karyanya dan apa yang Vilda lakukan ke depan? Nah, berikut ini wawancara Kune bersama Vilda. Disimak, ya!

vilda new

Berhasil memenangi kompetisi menulis dan karyanya diterbitkan oleh penerbit, tentu menjadi kebahagiaan tersendiri. Hal itulah yang dirasakan Vilda Sinta Della, juara ke-3 dari Lomba Teen Young Adult Romance (TYAR). Seperti apa karyanya dan apa yang Vilda lakukan ke depan? Nah, berikut ini wawancara Kune bersama Vilda. Disimak, ya!

– Hai, Vilda. Apa kabar? Kune mau ngobrol-ngobrol nih, sama kamu. Boleh ‘kan?
Alhamdulillah, kabar saya baik Kune. Boleh, tentu aja boleh ☺

– Kalau nggak salah kamu merupakan juara 3 dari lomba Teen Young Adult Romance ya?
Alhamdulillah. Iya ☺

– Apakah sebelumnya kamu sudah sering mengikuti lomba menulis?
Sebenarnya ini kali pertama saya mengikuti lomba menulis. Dulu, saya hanya menulis untuk konsumsi pribadi. Masih malu kalau tulisannya sampai dibaca orang lain. Tapi akhirnya, berkat dorongan dan semangat dari banyak pihak, saya memberanikan diri untuk mulai mempublikasikan tulisan. Ya, salah satu caranya saya mulai dengan coba mengikuti perlombaan.

– Bagaimana sih rasanya bisa memenangkan lomba menulis dan karyamu dibukukan?
Awalnya saya nggak menyangka naskah saya bisa lolos seleksi 20 besar dari 1000 naskah yang kabarnya ikut diperlombakan. Dan lebih nggak menyangka lagi ketika tahu naskah saya terpilih jadi 3 besar. Bagi saya, kemenangan ini adalah awalan dan penyemangat untuk menulis lebih baik lagi. Membayangkan karya saya bisa dibukukan, adalah kenikmatan tersendiri bagi saya. Dan kini, alhamdulillah, saya diberi jalan dan kesempatan tersebut.

– Bicara mengenai karya, bukumu—Rakata Rinjani, sudah mau terbit ya? Judulnya unik. Siapa yang memberi ide untuk judul tersebut?
Ya, Rakata & Rinjani kabarnya akan terbit nggak lama lagi, Kune! Idenya muncul dari rasa suka saya pada gunung-gunung berapi di Indonesia. Dua nama gunung berapi saya ambil untuk menjadi dua nama tokoh utama dalam kisah ini. Melihat judulnya, memang sudah bisa terbayang apa tema/garis besarnya. Walau agak naif, tapi Rakata & Rinjani menurut saya pribadi adalah judul yang paling manis untuk merangkum kisah ini.

– Ada arti khusus ‘kah dari judul tersebut?
Rakata & Rinjani adalah nama dua tokoh utama dalam kisah ini yang saya ambil dari dua nama gunung berapi terkenal di Indonesia; Gunung Anak Krakatau dan Gunung Rinjani. Pemilihan dua nama gunung ini tentu punya alasan. Sejak awal, saya merasa ada chemistry tersendiri dari dua nama ini. Kedua gunung berapi ini pun mempunyai karakteristik yang pas dengan implementasi saya terhadap dua tokoh utama dalam novel. Anak Krakatau; gunung muda yang tersohor, agresif dan bersiap menoreh sejarah baru, sangat pas dengan karakter Rakata yang berambisi untuk mencari jati diri dengan mengikuti jejak orangtua. Dan Gunung Rinjani; gunung tercantik di Indonesia dengan cerita rakyatnya yang terkenal tentang Dewi Anjani, adalah poin utama dari representasi sifat tangguh namun feminin yang ada pada sosok Rinjani. Dan keduanya, saya pertemukan dalam kisah ini.

– Kalau boleh tahu, isi bukunya tentang apa, sih?
Rakata & Rinjani berkisah tentang pertemuan dan kenangan. Tentang seorang wanita yang mempunyai kenangan ketika tengah melakukan perjalanan, dan bermaksud mencari keping-keping kenangan tersebut ketika ia datang kembali ke tempat yang sama. Novel ini juga berkisah tentang ambisi seorang pemuda yang ingin berdamai dengan dirinya sendiri sekaligus mencari jati diri dan nilai–nilai kehidupan dengan melakukan perjalanan. Saya mencoba membangun nuansa “nostalgia” dalam kisah ini, dan berharap pembaca pun bisa merasakan indahnya kenangan-kenangan mereka.

– Ceritakan dong proses penulisan naskah ini?
Naskah ini saya tulis pada Januari 2013. Proses penulisan draft awal memang tidak begitu lama, tetapi pengembangannya ternyata cukup panjang. Mulai dari memperbaiki plot agar lompatannya lebih halus, hingga logika-logika yang perlu pertimbangan ulang. Namun, saya sangat menikmati proses penulisan naskah Rakata & Rinjani, karena dalam kisah ini, banyak sekali impian saya yang mungkin sulit direalisasikan dalam kehidupan nyata, sehingga kesempatan untuk merealisasikannya dalam bentuk novel tentu sangat saya nantikan.

– Dari mana kamu mendapatkan ide untuk menulis buku ini?
Ide awalnya adalah ketika saya sedang dalam perjalanan menuju Yogyakarta dengan kereta ekonomi pada tahun 2013. Dalam perjalanan itu, saya bertukar cerita dengan seorang kawan. Dia bercerita tentang ibunya yang sudah berpulang. Seketika itu tebersit dalam benak saya satu tokoh lelaki yang menaruh kerinduan besar kepada orangtuanya. Sosok yang menyimpan kerapuhan dari perangainya yang tangguh. Dari situlah awal tokoh Rakata lahir. Dalam perjalanan singkat saya ke Yogya, saya mengembangkan ide untuk novel ini. Beberapa kejadian yang ada dalam kisah ini, saya kembangkan dari perjalanan saya sendiri. Sementara untuk penokohan, ada beberapa orang yang menjadi inspirator saya untuk membangun karakter Rakata. Tanpa mereka tahu, beberapa orang ini—uniknya—punya banyak kesamaan dengan Rakata, sehingga saya benar-benar merasa seperti bertemu dengan Rakata secara nyata.

– Kesulitan apa yang kamu hadapi saat menulis buku ini?
Kesulitan terbesar dalam penulisan naskah Rakata & Rinjani adalah bagaimana menghadirkan kesan ‘natural’ dalam perjalanan fiktif yang saya tulis. Banyak referensi lokasi yang harus saya pelajari, termasuk juga sulitnya membangun nuansa ‘nostalgia’ yang kentara dalam kisah ini. Saat itu, mempelajari melalui buku atau internet memang bisa dilakukan, tapi saya tetap nggak dapat ‘feel’ dari sebuah perjalanan. Saya sampai harus kembali lagi ke Yogya untuk mencari ‘feel’ tersebut, agar bisa merasakan bagaimana menjadi tokoh Rinjani yang larut dalam kenangan. Lalu, saya pun pergi ke Selat Sunda untuk melihat Gunung Anak Krakatau, juga berusaha merasakan ‘feel’ dari tokoh Rakata dengan tinggal di salah satu pulau kecil di sana. Cara tersebut saya lakukan untuk menghidupkan kisah dan memperkuat konsep. Agar kesulitan dalam penulisan bisa berubah jadi menyenangkan.

– Ke depan kira-kira akan menulis apa lagi nih?
Ada banyak ide baru yang ingin saya tulis. Sebenarnya ide untuk kisah Rakata & Rinjani masih banyak tersimpan, dan mungkin saja akan saya realisasikan suatu hari nanti jika ada kesempatan. Selain itu, saya selalu ingin menulis novel bergenre science fiction dan suspence thriller, juga novel-novel yang penuh dengan motivasi dan novel dengan basis sejarah Indonesia. Untuk proyek tulisan selanjutnya, saya sedang ‘meracik’ konsep tulisan yang menggabungkan antara sains, sastra dan seni sebagai 3 elemen utamanya. ☺ Terimakasih Kune! ☺