Blog

Tragedi Sebuah Kolor

Apa yang bisa kamu manfaatkan dari sebuah kolor? Sebagai dalaman, sebagai lap kaki, sebagai alat untuk ngeguna-gunain gebetan kamu, atau… sebagai perekat tali persahabatan di antara kamu dan temanmu yang baru aja kenal?

Sebagai tukang copet profesional, Yanto dan Cuplis—seorang preman Betawi—nggak nolak ketika ditawarin seorang cewek untuk mencuri ‘sesuatu’ di rumah kekasih gelapnya. Dengan iming-iming hadiah 3 juta rupiah, mereka pun menyanggupinya.

Untuk melancarkan aksinya, Yanto membuka sebuah audisi pencarian seorang lelaki pemberani yang nantinya bakal membantu misi pencurian mereka. Dari sekian banyak orang yang mengikuti audisi, hanya Ujang—cowok dusun yang nekat datang ke kota hanya untuk membahagiakan ceweknya, Mujaroh—yang paling cocok dengan kriteria mereka.

Tanpa membuang waktu, ketiga orang inipun mulai menyusun strategi pencurian. Sebuah strategi nggak penting dan ribet yang dihiasi dengan berbagai cara-cara aneh. Mulai dari nyamar sebagai tukang kambing demi mengetahui sistem keamanan di rumah target, kencan sama homo, sampe uji coba pencurian di sebuah rumah kosong.

Perjuangan mereka untuk mencuri ‘sesuatu’ itu bukanlah tanpa halangan. Bahkan bisa dibilang halangannya itu gede banget dan berat banget. Gimana nggak, mereka bertiga harus melewati trio Bruno, Bobi, dan Bowo yang badannya supergede. Sekali mukul, dijamin muka bisa biru dan bonyok kayak mangga busuk! Belum lagi, si pria dendi yang terus aja ngejar-ngejar Cuplis karena utangnya nggak pernah dibayar-bayar. Pfiuhhh!!!

Meskipun begitu, misi pencurian ini harus tetap berjalan. Demi ‘sesuatu’ dan uang sebesar 3 juta, Yanto, Cuplis, dan Ujang rela melakukan adegan saling kejar antara Bruno, Bobi, Bowo, seorang pria dendi, beberapa pemuda Ambon, dan sekumpulan anjing.

Mampukah Yanto, Cuplis, dan Ujang mencuri ‘sesuatu’ itu? Apa yang akan dialami ketiga pencuri itu selanjutnya? Temukan jawabannya dalam novel The Maling of Kolor yang ditulis oleh Roy Saputra.

Novel terbitan Bukuné ini emang pas banget dibaca dalam keadaan apapun. Menghibur, seru, lucu, bahasanya sederhana, dan ceritanya nggak dibuat-buat. Maka jangan heran kalo kamu ngeliat ada orang yang baca novel ini sambil ketawa-tawa sendiri dan nggak ‘ngeh dengan keadaan sekitar. Intinya sih, buku ini bukan tentang arti dari ‘sesuatu’ yang dicuri. Tapi, cerita tentang arti dari sebuah kebersamaan dan persahabatan.