Blog

Tomfoolery; Ketika Kepura-puraan Membuahkan Cinta

tomfoolery

Masih ingat dengan Nunizzy, penulis Blacky White? Yup, kini Nunizzy hadir kembali dengan novel terbarunya yang berjudul Tomfoolery.

Cerita cinta masa SMA masih menjadi pilihan Nunizzy dalam menulis novel. Namun, bukan Nunizzy kalau tidak menghadirkan sesuatu yang beda dalam karya-karyanya. Apa ya, kira-kira? Penasaran? Yuk, ikuti saja wawancara Kune bersama Nunizzy di bawah ini.

– Hai, Nunizzy. Apa kabar? Boleh ya, Kune tanya-tanya tentang buku terbarumu, Tomfoolery?

Halo, Kune! Alhamdulillah, baik. Boleh, Kune, hehe mau nanya apa?

– Pertama, Kune penasaran sama judulnya, nih. Kenapa sih diberi judul Tomfoolery dan apa artinya?

Diberi judul Tomfoolery karena inti ceritanya tentang lelucon atau kepura-puraan. Di cerita ini ada 2 tokoh utama yang pura-pura pacaran. Tapi ternyata, nggak cuma mereka yang pura-pura. Pokoknya, lingkaran mereka itu seakan-akan memainkan lelucon satu sama lain.

Menurut kamus, Tomfoolery itu artinya lelucon atau tindakan gila, Kune.

– Ceritanya tentang apa, sih?

Yah, udah aku jawab di pertanyaan sebelumnya hehe. Tapi nggak apa-apa deh. Ceritanya tentang seorang perempuan (Valen) yang minta Vano buat pura-pura pacaran, sebagai bayaran tutup mulut karena Valen ini udah tau rahasia terbesar Vano—memasak.

– Dari mana sih, kamu mendapatkan ide menulis Tomfoolery?

Nggak tau, Kune, haha. Idenya muncul tiba-tiba. Waktu itu lagi mikir aja, kenapa menulis buku harian (diari) itu selalu dikaitkan sama cewek? Kira-kira kalo cowok nulis diari apa jadinya ya? Nah, terciptalah tokoh Vano beserta alur ceritanya.

– Kalau Kune perhatikan, kamu sepertinya masih mengeksplor masa remaja/SMA untuk dijadikan bahan tulisan (mulai dari Blacky White sampai Tomfoolery). Ada alasan tertentu nggak sih, kenapa memilih masa-masa SMA?

Ada, Kune! Pertama, karena aku kan masih SMA, hehe. Tapi alhamdulillah tahun ini udah tamat sih.

Kedua, masa SMA itu ibaratnya di tengah-tengah. Nggak ketuaan, nggak kemudaan. Lonjakan emosi dan kelabilan masa SMA itu seru buat diceritain.

Ketiga, masa SMP terlalu dini dan kurang asyik buat dijadiin latar cerita.

Keempat, pengen sih mengeksplor kehidupan kuliah, tapi Nurul belum kuliah, Kune. Jadi untuk sekarang latar ceritanya masa-masa SMA dulu hehe. Sekalian mengenang masa SMA yang udah berlalu.

– Oh, iya. Seingat Kune, di Blacky White kedua tokoh utamanya juga jutek ya? Lalu, kenapa sih, di Tomfoolery kamu juga menghadirkan sosok yang jutek dalam karakter Vano dan Valen?

Iya, di Blacky White keduanya jutek. Kalau di Tomfoolery, yang jutek itu cuma Vano. Vano ini anak dari tokoh utama di Blacky White, jadi mungkin gen juteknya turunan emak-bapaknya haha.

Tokoh utama perempuan di Tomfoolery nggak jutek, Kune. Lebih ke nyebelin gitu sih. Suka merintah-merintah, urak-urakan, tomboy, dan suka ngusilin Vano.

– Ngomong-ngomong, Kune tertarik deh sama sosok Vano. Kamu terinspirasi dari mana untuk membuat karakter Vano—cowok jutek yang suka nulis diary plus jago masak?

Aduh, Nurul suka bingung kalau ditanyain dapat inspirasi dari mana, Kune. Soalnya inspirasi itu datangnya tiba-tiba. Kadang pas lagi di kamar mandi, dapat hidayah. Atau waktu merenung di kamar. Ada juga inspirasi yang muncul pas nonton TV, dengerin musik, atau ngelihat cowok yang good-looking hehe. Intinya, tokoh Vano itu tercipta karena rasa penasaran Nurul terhadap cowok dingin yang ternyata nulis diari dan suka masak. Nurul penasaran, image dia bakal tetap cool atau nggak? Dan ternyata tetap keren.

– Nah, saat kamu menulis Blacky White kan kamu masih SMA dan sekarang sudah kuliah. Apa sih perbedaan yang rasakan saat menulis Tomfoolery dibanding saat menulis Blacky White?

Sebenarnya Blacky White ditulis waktu Nurul SMP sih, Kune. Tepatnya waktu kelas 9 semester 1 tahun 2013. Tomfoolery ditulis waktu Nurul kelas 1 SMA tahun 2014.

Perbedaannya, jelas banyak banget. Kehidupan SMA yang ada di Blacky White itu murni berdasarkan apa yang Nurul baca di novel-novel fiksi remaja (karena Nurul kan masih SMP waktu itu). Sedangkan di Tomfoolery, itu Nurul udah mulai mengalami masa SMA yang kata orang masa terindah di dalam hidup.

Perbedaannya ya, waktu nulis Tomfoolery rasanya lebih gimana gitu. Ngerasa lebih dewasa aja haha padahal masih kelas 1 SMA.

– Berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk menyelesaikan Tomfoolery?

Kalau nggak salah setahun deh Kune. Atau enam bulan ya? Pokoknya antara itulah.

– Riset apa saja yang kamu lakukan saat menulis Tomfoolery?

Riset tentang dialog aja sih, Kune. Misalnya kalau jutek, gimana dialog yang tepat. Kalau dia tomboy atau annoying, gimana harusnya dia bersikap. Di Tomfoolery ini karakter tokohnya bener-bener tabrakan semua. Vano yang jutek, dingin, dan cuek. Sahabatan sama Kensa yang polos, anggun, dan baik hati. Valen yang tomboy, ngeselin, suka merintah-merintah, ternyata pernah sahabatan sama Dylan yang egois dan suka iri. Di sisi lain, ternyata Dylan punya hubungan sama Kensa.

– Apa hal tersulit yang kamu hadapi saat menulis Tomfoolery?

Ngeluarin masalah-masalahnya sampai klimaks. Waktu itu Nurul bingung gimana rangkaian peristiwa saat mendekati klimaks. Maksudnya, scene mana dulu yang harus dimunculin, gitu.

– Ceritakan sedikit dong tentang extra chapter dalam Tomfoolery?

Di extra chapter ini, ada catatan terakhir dari Vano di buku diarinya. Menceritakan tentang perasaan Vano yang senang dan sedih di saat bersamaan. Sebenarnya, extra chapter di Tomfoolery ini kayak ending dari semua ending gitu, Kune.

– Dan, terakhir, ke depannya bakal ada project menulis apa lagi nih?

Penginnya sih mulai nyoba nulis short story, Kune. Sekarang masih ada on going project yang masih tentang masalah remaja. Mungkin setelah project itu tamat, aku bakal nulis cerpen yang konfliknya ringan-ringan. Soalnya beberapa tahun ke depan aku bakal kuliah di Alhamdulillah kedokteran. Dan kayaknya bakal sibuk hehe.

Oh iya, aku juga pengin nulis non-fiksi tentang pengalaman aku di kampus kedokteran. Kayak Cado-Cado punyanya Kak Ferdiriva Hamzah itu lho. Beliau benar-benar menginspirasiku.

Doain ya, Kune!

Ok, deh, Nunizzy. Semoga project menulis kamu selanjutnya berjalan lancar ya. Good luck! Nah, bagi kamu yang penasaran dengan Tomfoolery, buruan baca deh bukunya.