9 Agustus 1893
Arthur Conan Doyle mengerutkan alisnya dalam-dalam dan hanya memikirkan pembunuhan. “Aku akan membunuhnya,” kata Conan Doyle selagi dia melipat tangan di hadapan tubuhnya yang gempal.
Delapan tahun berlalu sejak Conan Doyle “mematikan” tokoh rekaannya, Sherlock Holmes, ia pun menghidupkannya kembali. Kisah kembalinya Holmes itu ia tulis dalam salah satu buku hariannya.
Sayang, buku harian yang menjadi pintu masuk ke pikiran salah satu penulis misteri yang cukup tersohor di dunia itu menghilang dan tidak pernah ditemukan lagi setelah kematiannya.
5 Januari 2010
Jeffrey mengabaikan komentar Harold. Seringai yang biasa tampak di wajahnya menghilang, berganti dengan tatapan keras. “Acara ini telah berubah menjadi sebuah peristiwa buruk,” kata Jeffrey pelan.
“Peristiwa buruk apa?”
“Pembunuhan!” jawab Jeffrey.
Acara makan malam tahunan Laskar Baker Street—sebuah organisasi unggulan tingkat dunia yang mengabadikan diri untuk mempelajari Sherlock Holmes—diwarnai dengan sebuah pembunuhan salah satu anggotanya yang bernama Alex Cale. Diduga, pembunuhan itu terjadi lantaran seseorang mengincar buku harian Conan Doyle yang ditemukan oleh Alex.
Harold White—anggota terbaru Laskar Baker Street—tergerak hatinya untuk menyelidiki kasus kematian Alex. Saat kejadian, Harold mencoba untuk menemukan bukti-bukti yang berkaitan dengan pembunuhan itu. Tanpa ia sadari, ia pun mengambil alih perburuan buku paling dicari ratusan peneliti selama satu abad itu dan memburu sang pembunuh.
*****
Nama Sherlock Holmes tidak hanya terkenal, tetapi juga membuat banyak orang menjadi “gila” karenanya. Setidaknya, hal itulah yang terjadi ketika Arthur Conan Doyle, pencipta tokoh Sherlock Holmes, “membunuh” detektif cerdik asal Inggris tersebut.
Makian, teror, hingga percobaan pembunuhan diterima Arthur dari para penggemar Sherlock. Mereka seolah menganggap Sherlock merupakan tokoh nyata, bukan fiksi.Jengah dengan semua itu, Arthur pun “menghidupkan” kembali tokoh ciptaanya itu, tetapi tanpa penjelasan apa pun.
Namun, ada sebuah buku harian yang bisa menjadi kunci jawaban. Sayangnya, buku harian itu hilang setelah kematian Arthur dan tidak ada yang mengetahui keberadaan buku itu. Pada 2010, satu abad kemudian, seseorang bernama Alex Cale mengaku berhasil menemukan harta karun itu.
Saat para penggemar Sherlock berkumpul dan bersemangat untuk melihat langsung buku harian yang hilang itu, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kematian Alex. Semuanya berubah. Rasa penasaran pun muncul di benak anggota Laskar Baker Street, termasuk Harold White.
Dengan segala rasa ingin tahunya, Harold mencoba mengambil alih perburuan buku paling dicari tersebut. Juga memburu sang pembunuh.
The Sherlockian merupakan novel terjemahan karya Graham Moore yang diterbitkan di Indonesia oleh Bukuné. Novel ini mencoba mengungkap pengakuan rahasia Conan Doyle sebelum kematian menjemputnya. Dengan dua setting zaman yang berbeda, kamu diajak untuk menelusuri keberadaan buku terakhir milik Conan Doyle. Sebuah buku harian yang akan mengungkapkan rahasia yang selama ini terpendam. Rahasia yang membuat banyak orang rela memburunya. Seru, menegangkan, penuh teka-teki, dan rahasia.