Deg-degan, takut, malu, atau bahkan rasanya pingin kabur ketika bertemu si dia? Yang lebih gawat lagi: ditolak orang yang ditaksir! Pengalaman naksir dan jatuh cinta nggak selamanya dipaparkan dengan melankolis. Setidaknya, itulah yang dituliskan Raditya Dika dalam buku terbarunya, Marmut Merah Jambu.
Lucu, konyol, spontan dan gila. Begitulah sosok Radith ketika menyapa para penggemarnya pada talk show buku Marmut Merah Jambu yang bertempat di Gramedia Matraman, Minggu (27/06/10). Seperti biasa, karyanya mengemas hal-hal keseharian dengan gokil, tajam sekaligus cerdas.
Nggak tanggung-tangung, Marmut Merah Jambu mengulas hal-hal yang paling absurd dalam hidup Radith, yaitu jatuh cinta. Lalu cinta seperti apa yang dimaksud Radith? “Melalui buku ini, gue protes ama sistem perpacaran di Indonesia. Kenapa sih harus cowok yang selalu nembak cewek?” tuturnya. Serentak seisi ruangan riuh dengan tawa dan sorak-sorai.
Intinya sih, Radith pingin mengungkapkan pengalaman masa pacarannya sejak SMP. Jangan heran, segudang cerita seru bisa kamu simak dalam buku terbitan Bukunè ini. Seperti halnya saat ia mengeluhkan bete-nya mengantar cewek berbelanja. “Bete banget nemenin cewek belanja. Buat cowok, nemenin perempuan belanja adalah neraka Jahaman,” kata cowok yang pernah berpacaran dengan Sherina ini.
Sederhana namun menyentil banyak orang. Itulah gaya Raditya Dika. Nggak heran MMJ mendapatkan sambutan hangat, sebab kisah dalam bukui ini sangat dekat dengan siapa saja.
Radith juga manusia. Radith juga pernah ditolak cewek atau pun melewati masa-masa dilematis ketika pedekate dengan cewek. Penasaran kan? Nggak cuma itu, Radith juga menonjolkan kisahnya dengan orang-orang terdekat dalam hidupnya, seperti Edgar—adiknya—dan sang kucing Alfa.
“Gue dah meminta izin pada orang-orang terdekat untuk menampilkan sosok mereka dalam buku gue, kecuali sama si Alfa, kucing gue. Gue belum ngomong ama dia, soalnya lagi nyari waktu yang pas,” ucapnya sambil terkekeh.
Dalam pengerjaannya, Radith juga menemui kendala. Salah satunya halangan karena kesibukannya yang menggila. Sesuai dengan tema yang diangkat, judul novel ini berdasarkan filosofi cerita yang dikemas dengan ‘cute’. “Komedi yang dibangun sebenarnya nggak dilucu-lucuin. Hanya saja, tulisan ini mampu membuat pembaca terbahak-bahak,” ucapnya.