Siapa bilang jadi anak rantau itu tidak mengenakkan? Memang, sih, awalnya kamu pasti akan merasa tidak betah dan selalu saja kangen rumah. Tapi lama-kelamaan, kamu juga akan terbiasa dengan jarak yang memisahkanmu dengan keluarga tercinta.
Homesick ini juga yang dialami Ady. Selama ini, Ady menghabiskan masa sekolahnya di Kalimantan. Namun saat menginjakkan kaki di bangku kuliah, Ady merantau ke pulau Jawa, tepatnya Malang, Jawa Timur.
Bayangan Ady akan pulau Jawa sangatlah minim. Apalagi tentang kota Malang, tidak terbayang sama sekali. Bagi Ady, menjadi anak rantau sama artinya dengan hidup jauh terpisah dari keluarga dan belajar mandiri.
Awalnya, Ady merasa kurang nyaman karena harus nge-kos di Malang. Ia keburu merasa kangen dengan suasana rumah orangtuanya. Namun, semangat dari sang ayah membuatnya sadar bahwa kini ia telah dewasa dan harus mampu hidup mandiri dalam perantauan.
Dari sanalah beragam pengalaman unik, lucu, aneh, konyol, dan menyedihkan mengalir. Ternyata, kuliah dan hidup dalam perantauan memberikan warna tersendiri bagi Ady. Mulai dari serunya pengalaman pertama kali naik pesawat terbang, pertama kali naik kereta api, culture shock dengan makanan pedas, kisah cinta yang mengenaskan, hingga hari-harinya sebagai mahasiswa yang harus siap dengan kuis dadakan, menghadapi mata kuliah yang sulit, serta intensnya pertemuan Ady dengan kalkulator.
Penasaran dengan kisah Ady sebagai mahasiswa rantau jurusan akuntasi ini? Temukan jawabannya dalam buku Curcol Si Rantau Kacau yang diterbitkan Bukuné. Buku yang ditulis oleh Nugraha Adi Putra ini merupakan pengalamannya pribadi saat ia merantau dari Kalimantan ke pulau Jawa. Menyenangkan dan penuh pengalaman seru.
Selamat membaca!