Sugik membuka mata, tiba-tiba ia berada di tengah keramaian sebuah pesta. Suara alunan gamelan dan keriuhan para tamu undangan memenuhi aula.
Di panggung, tampak seorang perempuan cantik duduk mengenakan baju khas pernikahan Jawa.
Pernikahan siapa ini?
Gong ditabuh dengan keras. Rombongan mempelai pria datang, tapi Sugik tak dapat melihat wajah sang mempelai. Ketika rombongan itu menginjakkan kaki di karpet merah, suara keramaian tiba-tiba berhenti.
Hening.
Seseorang di samping Sugik terbatuk-batuk, lalu muntah darah. Sugik terkesiap mundur melihat semua tamu seperti kesurupan. Orang-orang berteriak, para pemain gamelan membentur-benturkan kepalanya, para perempuan menjambaki rambut dan mencakar-cakar wajah.
Di tengah keriuhan itu, akhirnya Sugik dapat melihat sosok mempelai pria. Ia berdiri gagah dengan pakaian khas Jawa. Hanya saja, tidak ada kepala di atas tubuh itu.
Setelah Sewu Dino, Simpleman mengajak kita mundur ke masa ketika semua teror bermula. Tentang legenda tujuh keluarga yang memperebutkan puncak kehormatan dengan tak sedikit nyawa dikorbankan. Rahasia besar akan terkuak, seiring dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang kian menyesatkan.