Apa, sih, yang seharusnya dilakukan anak belasan tahun? Belajar dan bermain mungkin beberapa di antaranya. Namun, hal itu nggak berlaku bagi Otoy, seorang pemuda kota yang usianya baru beranjak 14 tahun.
Di usianya yang masih terbilang muda dan membutuhkan banyak bimbingan pendidikan, Otoy terpaksa harus putus sekolah. Faktor ekonomi keluarga menjadi salah satu penyebab Otoy meninggalkan bangku sekolah.
Kini, Otoy menjalankan kesehariannya dengan visi baru: menaklukkan dunia! Otoy pun mulai mencari kerja dan jadi penganut “paham serba cepat”: cepat dapat kerja, cepat dipecat pula. Meski demikian, Otoy pantang menyerah untuk mendapatkan pekerjaan.
Kisah tentang Otoy ini memang begitu dekat dengan kehidupan kita. Tidak jarang kita melihat anak-anak di bawah umur yang mengamen atau menjual koran hanya untuk membantu keluarganya dalam mendapatkan uang.
Otoy mencoba berani dewasa di usianya yang muda. Ia pun coba-coba mengenal cinta. Tapi, usia tak mampu membohonginya. Ia masih anak ingusan yang seharusnya bermain dan belajar.
Kisah tentang Otoy merupakan realita kehidupan. Meski demikian, banyak sisi yang juga bisa kita ambil dari kisah-kisah itu. Seperti yang terangkum dalam Komik Si Otoy yang ditulis oleh Eko S. Bimantara.
Komik terbitan Bukuné ini menyajikan sebuah cerita tentang realita kehidupan di sekitar kita. Hanya saja, cerita tersebut mampu membuat kita tersentuh sekaligus tertawa bersamanya. Kenyataan hidup yang sulit dan para tokoh yang cuek, polos, serta lucu, menjadi bumbu tersendiri dalam menilai kehidupan.
Penasaran? Buktikan sendiri kisahnya!