“Cinta adalah pertanyaan terbesar setiap manusia karena jawaban dari cinta akan menjadi ukuran kebahagiaan terbesar setiap orang yang menerimanya. Walau kadang, kita tak dapat membedakan cinta yang berasal dari anugerah, dan cinta yang hanya berlandaskan hawa nafsu belaka”.
“Cinta adalah pertanyaan terbesar setiap manusia karena jawaban dari cinta akan menjadi ukuran kebahagiaan terbesar setiap orang yang menerimanya. Walau kadang, kita tak dapat membedakan cinta yang berasal dari anugerah, dan cinta yang hanya berlandaskan hawa nafsu belaka”.
Seperti apakah kamu saat jatuh cinta? Bagai pujangga yang kerap menuliskan syair-syair indah atau bagai musisi yang selalu menyenandungkan lagu-lagu romantis di hadapan sang pujaan hati? Apa pun itu, ketika cinta menyapa, ia akan memenuhi pikiranmu dengan segala hal tentangnya.
Seperti yang terjadi pada pada seseorang bernama Baso. Ia begitu mencintai seorang wanita saat ia berseragam putih abu-abu. Saking hebat cintanya terhadap wanita itu, ia pun merasakan patah hati yang tak kalah hebatnya.
Singkat cerita, setelah melewati dua kali tahun baru, Baso harus rela kehilangan wanita tercintanya itu. Bukan karena dirinya, tapi wanita itulah yang memutuskan untuk “menghilangkan jejak” dari hadapan Baso. Sejak kedua orangtua wanita itu meninggal, wanita itu seolah menghilang ditelan bumi.
Sayangnya, wanita itu tidak tahu efek yang ia timbulkan terhadap Baso. Ia terkungkung dalam janji yang ia ucapkan di hadapan ibunda wanita itu sebelum ajal menjemputnya. Janji untuk terus berada di sekitar wanita yang ia cintai dan menjaganya segenap hati.
Hingga beberapa waktu lamanya, Baso mendengar kabar dari temannya tentang wanita tercintanya itu. Ternyata ia baik-baik saja di kampung halamannya tersebut. Perasaan lega pun Baso rasakan. Meski masih ada yang mengganjal dalam hatinya, yakni apa yang harus ia lakukan dengan janji-janjinya terhadap wanita itu?
Janji kini tinggallah janji. Ketika satu di antara kalian sudah melepaskan, maka perjanjian pun telah luruh dengan sendirinya. Begitu pemikiran Baso pada akhirnya. Sayangnya, apa yang menjadi pemikiran Baso tidak sejalan dengan hatinya. Yang terpenting menurut sang hati, adalah doa-doa yang selalu ia panjatkan untuk kebahagiaan wanita tercintanya.
Baso pun kini begitu memahami inti dari mencintai, yakni seberapa mampu kau mensyukuri kebahagiaan yang dianugerahkan, seberapa ikhlas kau merelakan sebuah kepergian, dan seberapa tabahnya kau menerima kesedihan yang akan terus berdatangan.
Intinya, dicintai atau mencintai adalah proses menjalani ujian. Selesaikanlah ujiannya dengan baik, dengan sepenuh jiwa. Maka sang pemberi cinta juga akan memberimu cinta terbaiknya.
——-
Kisah di atas, selengkapnya bisa kamu baca dalam Fatamorgana Nyata. Buku ini mengisahkan tentang segala cerita cinta—khususnya patah hati yang dialami dan dirasakan oleh Baso Sumange A. Bersamanya, kamu tidak hanya menemukan keindahan di balik kata cinta, tetapi juga menyadari bahwa segala patah hati tak ada yang sia-sia.