Siapa yang masih ingat kisah Risa dan lima sahabat hantunya dalam novel Danur? Kali ini Kune kembali menghadirkan kisah-kisah seru Risa dan “sahabatnya” itu dalam edisi repackage, Gerbang Dialog Danur. Seperti apa, ya, kira-kira isi bukunya? Mari ikuti perbincangan Kune bersama Risa Saraswati berikut ini.
Siapa yang masih ingat kisah Risa dan lima sahabat hantunya dalam novel Danur? Kali ini Kune kembali menghadirkan kisah-kisah seru Risa dan “sahabatnya” itu dalam edisi repackage, Gerbang Dialog Danur. Seperti apa, ya, kira-kira isi bukunya? Mari ikuti perbincangan Kune bersama Risa Saraswati berikut ini.
– Hai, Risa. Apa kabar?
Baik dong.
– Sekarang sedang sibuk apa?
Saya lagi disibukan sama jadwal rekaman sarasvati, nulis buku baru, dan brainstorming naskah film Danur.
– Beberapa waktu lalu kan buku Danur sudah terbit, bahkan sekarang di-repackage. Bagaimana perasaannya?
Soal Danur yang di-repackage, seneng banget! Karena antusias pembaca masih besar hehe.
– Ceritakan dong, awal mula kamu terjun ke dunia penulisan?
Jadi, awalnya memang dari pihak penerbit yang menawari saya untuk membukukan tulisan saya. Memang topik yang dipilih mereka adalah kisah persahabatan saya dengan kelima sahabat hantu saya. Awalnya sih ragu, tapi mereka berhasil meyakinkan saya. Ya udah, nyebur deh. Taunya keenakan, ternyata membukukan tulisan itu hal yang cukup menyenangkan.
– Sebelum Danur, apakah kamu sudah pernah menulis buku juga?
Belum, paling jauh hanya menulis di blog saja.
– Apa sih, yang melatarbelakangi kamu untuk terjun ke dunia penulisan?
Sebenarnya dari kecil saya memang hobi nulis. Mungkin awalnya karena permintaan orangtua saya yang selalu minta untuk menulis kegiatan harian di sebuah diary. Tujuannya sih supaya saya terlatih menulis saja. Tapi ternyata menulis itu menyenangkan, saya bisa banyak bercerita tentang apa saja.
– Seperti tertulis dalam profil penulis di buku Danur, kamu kan juga berprofesi sebagai vokalis band dan PNS. Bagaimana cara kamu membagi waktu dengan menulis?
Hmmmm… sebisanya saja sih, tapi sejauh ini masih bisa bagi waktu. Menulis bisa dilakukan di mana saja, sementara bernyanyi bersama band saya bisa dilakukan di akhir pekan. PNS jadi keseharian saya, rasanya seperti kembali ke masa-masa sekolah sih. Hidup jadi lebih teratur hehe..
– Lebih enak mana, menjadi vokalis, pegawai negeri, atau penulis?
Masing masing punya kelebihan dan kekurangan. Ada masanya saya menikmati sebagai vokalis, saat umur 20-30an. Sekarang saya mulai menikmati banget menulis. Mungkin 20 tahun yang akan datang (kalau umur saya panjang haha) masa-masa menikmati sebagai seorang PNS akan datang.
– Kendala apa yang kamu rasakan saat pertama kali terjun ke dunia penulisan dan bagaimana kamu mengatasinya?
Tata cara penulisan sih, saya harus banyak belajar. Karena saya belajar menulis secara otodidak tidak sistematis. Cara mengatasinya ya, banyak ngobrol sama editor sih soal bagaimana tata cara menulis yang baik.
– Buku Danur kan sudah di-repackage nih, bagaimana pendapatmu tentang hal itu?
Senang! Itu saja. Rasanya anak pertaman saya jadi terlihat lebih cantik. Dan saya bisa memperbaiki beberapa typo dan kekurangan anak pertama saya itu.
– Apa yang menjadi pembeda antara Danur yang dulu dengan repackage ini?
Ilustrasi dan beberapa sisipan menjadi kelebihan buku repackage ini.
– Apa alasannya memilih judul Gerbang Dialog Danur?
Kenapa memilih judul gerbang dialog danur? Agar pembaca bisa tahu bahwa ini adalah awal dari segala kisah tentang pertemanan saya dengan “mereka” hehe biar lebih jelas aja.
– Apa harapanmu dengan hadirnya buku Gerbang Dialog Danur ini?
Nggak neko-neko sih, saya ingin menjangkau banyak pembaca baru lewat buku ini.
Gerbang Dialog Danur karya Risa Saraswati berisi kumpulan cerita horor antara Risa dan hantu-hantu di sekitarnya. Mereka tidak hanya sekadar mengajak Risa berkenalan, tetapi juga ada yang membutuhkan bantuan. Seru, menegangkan, dan membuat penasaran!